Minggu, 18 Desember 2011

Kekuatan Sabar

Secara etimologis, sabar berarti menahan, seperti kata, “Qutila fulanun

shobr”, artinya, “si Fulan terbunuh dalam keadaan ditahan”. Oleh

karenanya, seseorang yang menahan diri terhadap sesuatu dikatakan orang

yang sabar.

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai

penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali

bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS. Al-Baqarah [2]: 45).

Menurut Ibnu Jarir, redaksi ayat itu memang memperingatkan Bani
Israel, namun yang dimaksud bukan mereka semata. Ayat ini mencakup mereka

dan orang-orang selain mereka.

Ibnul-Mubarak berkata dengan sanadnya dari Said bin Jubeir, “Sabar ialah

pengakuan hamba kepada Allah atas apa yang menimpanya, mengharapkan ridha

Allah semata dan pahala-Nya. Kadang-kadang seseorang bertahan dengan

gigih dengan menguatkan diri, dan tidak terlihat dari dia kecuali

kesabaran.”

Dengan demikian, tidak ada orang yang bisa disebut sabar, jika sikapnya

menolak atau mengelak berdiri bersama permasalahan yang tidak mengenakkan

di hati. Orang yang sabar selalu memancarkan kehangatan bagi orang lain

karena ia senantiasa pasrah pada Allah dalam kondisi apa pun.

Jika ditimpa musibah, dia tidak akan larut atau meratapi musibah yang

menimpanya. Sedangkan jika diberi kesenangan atau kenikmatan, dia tidak

akan lupa diri dan kufur nikmat kepada Allah.

Ali bin Abi Thalib mengumpamakan keutamaan sabar bagi keimanan seseorang

itu bagaikan tubuh, dan sabar adalah kepalanya. la mengatakan, “Sabar

bagi keimanan laksana kepala dalam tubuh. Apabila kesabaran telah lenyap

maka lenyap pulalah keimanan.” (HR. Baihaqi).

Walaupun secara sanad, atsar ini dinilai lemah, namun secara makna bisa

diterima. Hal itu dikarenakan cakupan sabar yang demikian luas dalam

Islam. la mencakup sikap seorang hamba dalam menghadapi berbagai perintah

dan larangan serta berbagai keadaan yang dialami manusia di dalam

kehidupan, di saat senang maupun susah.

Al-Quran membahasakannya dengan istilah “sabar yang baik”,
Allah SWT berfirman, “Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.” (QS.

Al-Ma’aarij [70]: 5).

Oleh karena itu, marilah kita mulai dari diri kita sendiri untuk

senantiasa berlatih sabar. Yakni, dengan komitmen sebagai seorang hamba

untuk selalu mengikuti apa yang dikehendaki oleh Allah SWT; selalu

berjalan sesuai dengan perintah-Nya.

Inilah yang disebut sabar ma’allah, tingkatan sabar yang paling tinggi

dan paling sulit. Dan Allah selalu bersama dengan orang-orang yang sabar

(Al-Baqarah [2]: 153).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar